PADANG PARIAMAN – Hari Jumat (5/1/2024), pukul 10.45 WIB, Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang Pariaman, Sumatra Barat, resmi ditutup sementara karena dampak erupsi Gunung Marapi. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Kelas II Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, mengonfirmasi bahwa abu vulkanik terdeteksi di BIM, memaksa penutupan penerbangan untuk mengantisipasi potensi bahaya.
Menurut Desindra Deddy, penutupan ini dilakukan demi menjaga aspek keselamatan dan keamanan penerbangan. Langkah ini sesuai dengan hasil pengamatan aktivitas abu vulkanik Gunung Marapi dan Notam: B0030/24 NOTAMN. Manager of Airport Operation and Services Bandara Internasional Minangkabau, Imamura Ginting, menambahkan bahwa penutupan akan berlangsung hingga waktu yang belum ditentukan.
Ini bukan kali pertama Bandara Minangkabau ditutup akibat erupsi Gunung Marapi. Pada 22 November 2023, penutupan sebelumnya menyebabkan penundaan 15 penerbangan. Erupsi terbaru terjadi pada Sabtu (30/12/2023) pukul 06.03 WIB, dengan suara dentuman yang sangat keras, membuat rumah bergetar. Meski kolom abu tidak teramati karena tertutup awan, erupsi tersebut tercatat dalam seismogram dengan amplitudo maksimum 31 mm dan durasi ± 56 detik.
Wali Nagari Sungai Pua, Ade Firmansyah, dan Wali Nagari Bukik Batabuah, Firdaus, mengonfirmasi kejadian tersebut. Meski kondisi puncak Gunung Marapi tidak terlihat karena awan, suara dentuman yang keras dan getaran rumah membuat masyarakat di sekitar merasa khawatir. Untuk mengamankan masyarakat, Kepala Pos PGA Bukittinggi, Teguh Purnomo, mengimbau agar tetap waspada dan menjauhi wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas Gunung Marapi.
Selain itu, Teguh juga mengingatkan agar masyarakat menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Hujan abu vulkanik, jika terjadi, harus dihadapi dengan mengamankan sumber air bersih dan membersihkan atap rumah dari abu tebal agar tidak merusak struktur bangunan.
Terakhir, Teguh mengajak masyarakat untuk menjaga kondusivitas suasana, tidak menyebarkan informasi palsu, dan selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah. Dalam situasi seperti ini, solidaritas dan kewaspadaan bersama menjadi kunci agar kita dapat melewati tantangan alam dengan aman dan tenang. Tetap waspada, Sumatra Barat!(*)