RESPONRADIO.COM PADANG│JAKARTA — Kematian jantung mendadak bisa terjadi satu jam setelah timbulnya gejala. Jadi, bisa saja seseorang terlihat baik-baik saja dalam 24 jam dan meninggal secara tiba-tiba.
Spesialis jantung dari Braveheart – Brawijaya Hospital Saharjo, Dr. dr. M. Yamin, SpJP(K), dan rekan-rekan gelarnya, memperingatkan adanya sejumlah kebiasaan hidup yang berisiko menyebabkan serangan jantung. Peringatan ini didukung oleh temuan penelitian dari Australia yang menyimpulkan bahwa memesan makanan online dengan mudah dapat berkontribusi pada penyakit jantung karena memicu obesitas.
“Obesity ini sekarang yang menarik adalah saat ada satu penelitian di Australia, kemudahan memesan makanan online itu berpengaruh. Jadi di Australia itu ada penelitian mereka melihat jarak residential area yang terdekat dengan fast food atau makanan-makanan cepat saji yang gampang di-order itu populasinya lebih gampang kena serangan jantung,” kata dr Yamin dalam tayangan detikSore, Selasa (28/10/2025)
Dengan kemudahan seseorang mendapatkan makanan tersebut, seseorang bisa makan secara berlebihan. Di sinilah teknologi bisa membantu, namun memiliki risiko pula jika salah dalam menggunakannya.
Selain itu, contoh kebiasaan lainnya adalah melakukan pekerjaan di rumah yang pada akhirnya membuat seseorang kurang bergerak. Hal ini juga memicu sedentary lifestyle atau gaya hidup minim aktivitas fisik.
“Atau kita bisa bekerja tanpa harus ada effort keluar rumah, jalan, menuju suatu tempat, ya kan. Dari rumah semuanya bisa diselesaikan tugas-tugas kita. Itu juga akan merangsang orang untuk imobilisasi atau sedentary life, males gerak,” kata dr Yamin.
Sehingga, penting untuk menghindari gaya hidup yang mengarah ke serangan jantung. Mencegah sedentary lifestyle dan obesitas, serta banyak bergerak serta berolahraga perlu dilakukan.

