RESPONRADIO.COM PADANG│MEDAN — Banjir bandang dan longsor melanda 11 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Sebanyak 25 orang meninggal akibat bencana itu. Akses jalan menuju Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kota Sibolga masih lumpuh. Sementara akses internet dan telepon belum tersambung.
Kepala Bidang Humas Polda Sumut Komisaris Besar Ferry Walintukan mengatakan, hingga Rabu (26/11/2025) sore, pihaknya mendapat laporan 25 korban meninggal akibat bencana di sejumlah daerah di Sumut.
Di antara daerah yang terdampak, kawasan pantai barat Sumatera Utara mengalami bencana paling serius. Tapanuli Selatan mencatatkan kerugian korban jiwa terbanyak dengan 12 orang meninggal, disusul oleh Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga yang masing-masing melaporkan 5 korban jiwa. Peristiwa ini mencakup 30 titik kejadian banjir bandang dan longsor.
”Hingga Rabu sore, hujan masih turun di kawasan tersebut. Petugas di lapangan berfokus mengevakuasi masyarakat ke tempat yang lebih aman,” kata Ferry.
Akses ke wilayah itu lumpuh karena tiga ruas jalan nasional terputus, sebut Ferry. Terutama, Jalan Tarutung-Sibolga telah tertimbun longsor di beberapa tempat. Akibatnya, kendaraan logistik dari Medan tidak bisa lewat, menciptakan kemacetan yang mengular hingga beberapa kilometer.
Jalan alternatif lain melalui Jalan Padangsidimpuan-Sibolga. Namun, jalan nasional itu juga putus total di Kecamatan Angkola Barat, Tapanuli Selatan. Sebuah truk tangki Pertamina tertimbun material longsor di badan jalan. Beberapa rumah juga tertimbun.
Ada pula jalur alternatif lain dari Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Jalan Pakkat-Barus. Namun, jalan itu juga longsor di tiga lokasi dan tidak bisa dilalui.
Bencana serupa, seperti banjir bandang, banjir, dan longsor, juga melanda kawasan lain di Sumatera Utara. Wilayah yang terdampak termasuk Nias Selatan (1 korban jiwa) dan Pakpak Bharat (2 korban jiwa), serta Mandailing Natal, Tapanuli Utara, Padang Sidimpuan, Humbang Hasundutan, Nias, dan Serdang Bedagai.
Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, menyatakan bahwa fokus utama timnya saat ini adalah membuka kembali akses jalan menuju wilayah tersebut. Selain itu, petugas juga sedang melakukan evakuasi warga ke posko pengungsian sambil berupaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir bandang dan longsor susulan.
Petugas mengerahkan ekskavator untuk menggeser material longsor yang menimbun jalan di beberapa lokasi di Jalan Tarutung-Sibolga. ”Jalan terputus beberapa kilometer akibat longsor di beberapa lokasi,” kata Masinton.
Ia menyebut, petugas baru bisa membuka beberapa lokasi longsor di Kecamatan Adiankoting, Tapanuli Utara. Namun, material longsor masih menumpuk di beberapa kilometer jalan tersebut. Beberapa kendaraan juga tertimbun longsor di badan jalan.
Kepala Bidang Penanganan Darurat, Peralatan, dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut Sri Wahyuni Pancasilawati mengatakan, sebagian petugas BPBD Sumut masih tertahan di Tapanuli Utara. Mereka juga kesulitan berkomunikasi dengan petugas di kawasan Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Sibolga.
Akibat terputusnya komunikasi itu, kondisi masyarakat di sejumlah lokasi itu tidak bisa diketahui oleh keluarga di luar daerah. Anisa Ramadani (27), karyawan swasta di Medan, menuturkan, dirinya terakhir kali berkomunikasi dengan orangtuanya di Kecamatan Pandan, Tapanuli Tengah, pada Selasa pukul 10.00 WIB.
”Orangtua saya bilang ada bukit yang longsor di dekat rumah. Banjir juga merendam kawasan di sekitar rumah kami di Tapanuli Tengah,” kata Anisa.
Sejak itu, Anisa tidak bisa lagi menghubungi keluarganya. Sudah lebih dari 24 jam dirinya tidak bisa berkomunikasi dengan keluarganya. Dia tidak tahu kondisi mereka. Angkutan umum menuju kawasan itu juga tidak beroperasi.

