MojaoArt Transformasikan Songket Silungkang Masuk Ke Trend Fashion  Gen Z

RESPONRADIO.COM PADANG│SAWAHLUNTO – Brand lokal MojaoArt asal Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, menjadi contoh bagaimana warisan budaya seperti Songket Silungkang beradaptasi dengan gaya hidup generasi muda dengan desain modern dan strategi digital yang menghidupkan kembali tradisi agar tetap relevan bagi Gen Z.

Arindha Sukma, desainer sekaligus pemilik MojaoArt, ketika dihubungi di Sawahlunto pada hari Senin, menyoroti bahwa kendala utama bagi UMKM mode berbasis tradisi adalah menciptakan produk yang bisa terasa dekat (relate) dan menarik bagi generasi muda, mengingat produk tersebut sarat dengan nilai sejarah.

“Gen Z suka yang praktis, berkarakter, dan visualnya menarik. Tugas kami adalah menerjemahkan keindahan songket menjadi gaya yang modern, tapi tetap punya spirit budaya,” kata dia.

Arindha menjelaskan bahwa MojaoArt mempertahankan teknik dan motif tenun asli Silungkang, namun menghadirkannya dengan potongan yang lebih simpel, warna kekinian, dan gaya yang mudah dipadupadankan.

Melalui media sosial, MojaoArt tidak sekadar menjual produk, tetapi juga mengangkat kisah di balik tiap helai tenunan seperti tentang penenun, proses, dan filosofi motifnya.

“Kami ingin anak muda bukan hanya membeli pakaian, tapi juga memahami cerita di baliknya. Saat mereka tahu maknanya, kebanggaan memakai songket tumbuh dengan sendirinya,” katanya.

Tren tersebut didukung oleh penelitian Jurnal Ekonomi dan Retail UMI (2024), yang menemukan fakta bahwa 63 persen Generasi Z di Indonesia lebih memprioritaskan pembelian produk fashion lokal yang menonjolkan nilai budaya dan aspek keberlanjutan, ketimbang produk impor.

Sementara laporan Vogue Business (2024) menegaskan bahwa tren fashion etnik digital-friendly meningkat hingga 28 persen per tahun di platform seperti TikTok dan Instagram.

MojaoArt tidak hanya mengangkat nilai estetika, tetapi juga berkomitmen menjaga keberlanjutan ekonomi para pengrajin di Silungkang. Dalam setiap desain baru, penenun lokal selalu dilibatkan, memastikan bahwa inovasi modern tidak menggeser peran generasi tua yang melestarikan tradisi.

Arindha berharap dukungan pemerintah terus hadir, terutama dalam pelatihan branding digital dan fasilitasi ruang pamer bagi UMKM lokal.

“Bantuan modal itu penting, tapi akses dan pendampingan jauh lebih krusial agar produk budaya bisa menembus pasar nasional,” katanya.

Wali Kota Sawahlunto, Riyanda Putra, menegaskan bahwa pemerintah kota akan terus memberikan kesempatan bagi UMKM kreatif seperti MojaoArt untuk berkembang dan memperluas koneksi. Ia berpendapat bahwa songket dan produk turunannya merupakan identitas daerah yang wajib didukung untuk menjadi sumber kekuatan ekonomi baru bagi Sawahlunto.

“Pemerintah Kota Sawahlunto terus memfasilitasi pameran UMKM, event promosi, serta pelatihan pemasaran agar pelaku usaha muda punya ruang berkembang. Nilai budaya seperti Songket Silungkang tidak boleh berhenti di museum, tapi harus hidup di keseharian anak muda,” kata dia.

Langkah tersebut, tambahnya, sejalan dengan visi Astacita Presiden Prabowo Subianto, yang memprioritaskan penguatan ekonomi rakyat yang bersumber dari budaya daerah dan industri kreatif.

Transformasi Songket Silungkang melalui MojaoArt membuktikan bahwa tradisi tidak harus kalah oleh modernitas. Di tangan generasi muda yang kreatif dan sadar budaya, warisan leluhur itu justru menemukan bentuk baru ; menjadi ekspresi gaya hidup, kebanggaan, dan identitas bangsa di era digital.

 

Tim Redaktur: Respon Radio
Sumber: sumbar.antaranews.com