Pengelolaan Sampah Sekolah di Padang Pariaman, Butuh Beragam Solusi!

RESPONRADIO.COM PADANG│PADANG PARIAMAN – Pengelolaan sampah di lingkungan sekolah yang ada di Kabupaten Padang Pariaman membutuhkan beragam solusi alternatif, seperti meningkatkan kesadaran seluruh warga sekolah, menyediakan fasilitas yang memadai, memilih metode pengelolaan yang tepat, serta melibatkan secara aktif pemerintah, institusi pendidikan, LSM, dan pelaku bisnis.

Isu ini muncul dalam kegiatan Program Penyegaran Adiwiyata dan Sosialisasi Proyek Perubahan Peningkatan Partisipasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (P3SM) yang diselenggarakan, bertempat di Aula Bapelitbangda, Parik Malintang pada hari Selasa, 3 Juni 2025

Program ini menunjukkan komitmen Bupati Padang Pariaman John Kenedy Azis dalam 100 hari kepemimpinannya untuk mendorong budaya peduli lingkungan lewat program Adiwiyata di sekolah.

Kegiatan ini bagian dari implementasi Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) sesuai Permen LHK RI No. P.52/2019, dengan tujuan membangun sekolah peduli lingkungan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Acara dibuka oleh Asisten II Setdakab Padang Pariaman, Yurisman Yakub, SP, MM, mewakili Bupati, yang berharap setiap sekolah menjadi bebas sampah dan memiliki sanitasi baik.

“Dengan adanya kegiatan ini, pelaksanaan Adiwiyata terutama dalam pengelolaan sampah diharapkan lebih mudah dipahami, terukur, dan transparan. Sehingga partisipasi sekolah akan meningkat, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa bertambahnya sekolah peserta Program Adiwiyata mendukung pembangunan berkelanjutan di Padang Pariaman.

Tiga narasumber paparkan strategi lingkungan sekolah. Syofrion M., SE, M.Si., Kepala DLHPKPP Padang Pariaman, menekankan pentingnya perubahan perilaku siswa dalam mengurangi sampah plastik dan mengingatkan Surat Edaran Bupati Nomor 1658/DLHPKPP/X/2024 tentang pengelolaan sampah di instansi pemerintah.

“Kita dorong kembali budaya lama seperti membawa kambuik ke pasar dan menggunakan botol serta kotak makan sendiri untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai,” tuturnya.

Narasumber kedua, Moh. Sidik Pramono, ST, M.Si., menjelaskan bahwa status Adiwiyata berlaku empat tahun dan bisa diperpanjang untuk mendorong inovasi sekolah.

“Adiwiyata bukan perlombaan, melainkan proses membangun karakter siswa yang peduli lingkungan hidup,” ujarnya.

Narasumber ketiga, Dr. Yunhendri Danhas dari STIKES Indonesia, mengulas sejarah dan pentingnya pengelolaan sampah di sekolah sejak 1970-an, yang harus dikendalikan lewat internalisasi nilai lingkungan dalam pembelajaran.

“Tanpa pembentukan nilai sejak dini, upaya pengendalian sampah hanya bersifat teknis dan tidak berkelanjutan,” katanya.

Sumber : https://padangpariamankab.go.id