RESPONRADIO.COM PADANG│JAKARTA – Rendahnya cakupan imunisasi di Indonesia masih menjadi tantangan besar dalam upaya melindungi anak-anak dari penyakit menular berbahaya.
Banyak orang tua tidak sepenuhnya menyadari bahwa infeksi penyakit seperti campak, difteri, dan polio, yang sebetulnya bisa dicegah melalui vaksinasi, dapat menimbulkan komplikasi serius.
Selain itu, ada juga yang menolak imunisasi karena takut anak mereka mengalami demam atau efek samping ringan pasca-vaksinasi. Padahal, reaksi ringan ini hanya sementara dan dampaknya jauh lebih kecil dibandingkan bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit itu sendiri.
Beberapa orang tua enggan memberikan vaksinasi karena khawatir anaknya akan mengalami demam atau reaksi minor. Meskipun demikian, efek samping tersebut bersifat singkat dan tidak berbahaya, jauh berbeda dengan komplikasi serius yang ditimbulkan oleh penyakit itu sendiri.
“Padahal efek samping pasca imunisasi seperti anak demam dan rewel bersifat ringan dan sementara, artinya bisa sembuh sendiri. Bahaya penyakit jauh lebih besar, dibanding efek samping yang timbul satu atau dua hari saja,” tutur Prof.Hartono Gunadi Sp.A(K), dalam acara temu media di Jakarta (15/10/2025).
Ia menambahkan, ketidaktahuan orangtua akan bahaya dari penyakit yang bisa dicegah oleh imunisasi, sering jadi penyebab mereka enggan membawa anaknya untuk diimunisasi. “Banyak orangtua tidak tahu bahwa penyakit yang bisa dicegah itu bisa menimbulkan komplikasi berbahaya, misalnya sesak napas yang butuh perawatan di rumah sakit, diare berkepanjangan setelah terkena campak, atau kejang akibat radang otak akibat komplikasi penyakit campak,” kata Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia ini.
Kematian anak bisa dicegah
Kementerian Kesehatan mencatat bahwa sebagian besar kematian anak akibat campak pada tahun 2025 terjadi pada kelompok anak yang tidak diimunisasi campak.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan, banyak kasus kematian akibat penyakit menular pada anak-anak sebenarnya bisa dicegah dengan pemberian imunisasi.
“Imunisasi harus diberikan sesuai dosis, sebab imunisasi itu perlindungan spesifik untuk jenis penyakit tertentu. Misalnya imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak, imunisasi polio untuk mencegah polio. Jadi anak harus lengkap imunisasisnya,” kata Prima di acara yang sama
Apabila imunisasi tidak diberikan secara lengkap, anak berpotensi tertular virus dan bakteri lainnya. Walaupun infeksi virus mungkin bisa pulih secara alami, tetap ada ancaman serius yang bisa menyebabkan kecacatan atau meninggal dunia.
“Oleh karena itu kita berharap semua anak sudah mendapat haknya, imunisasi lengkap. Kalau pun terinfeksi mungkin anak itu sakit, tapi jauh lebih ringan dari anak yang tidak menerima imunisasi,” imbuhnya.
Prima juga mengingatkan bahwa imunisasi bukan cuma dibutuhkan oleh bayi, tapi juga anak, remaja, bahkan orang lanjut usia.”Perlindungan dari imunisasi tidak hanya berdampak bagi satu individu, tetapi juga individu lain yang berada di lingkungan. Apabila semakin banyak anak yang mendapatkan imunisasi, kekebalan kelompok bisa didapatkan,” katanya.
Prof.Hartono mengatakan, semua vaksin yang digunakan di Indonesia telah melalui proses uji klinis dan penilaian mutu oleh Badan POM. Masyarakat juga diharapkan makin memahami pentingnya imunisasi untuk menjaga kesehatan.
Selaku mitra kegiatan, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menyampaikan pandangannya bahwa imunisasi adalah salah satu upaya kesehatan yang paling berpengaruh secara historis.
“Upaya ini telah menyelamatkan jutaan jiwa dan menjadi fondasi bagi masyarakat yang lebih sehat dan tangguh,” katanya

