RESPONRADIO.COM PADANG│JAKARTA — Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Rohmat Marzuki menyebut upaya kolaborasi lintas sektor dilakukan untuk mempercepat penanganan dampak banjir Sumatera termasuk percepatan pembersihan material kayu terseret banjir.
Dalam pernyataan dikonfirmasi dari Jakarta, Senin, Wamenhut Rohmat sudah memimpin Rapat Koordinasi Pembersihan Material Kayu Terbawa Banjir yang melibatkan Kementerian Kehutanan (Kemenhut) serta berbagai unsur kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah pada Minggu (21/12).
“Sesuai arahan dari Menhut, pagi hari ini kita mengadakan rapat terkait pembersihan material kayu terbawa banjir,” ujarnya.
Ia meminta progres pembersihan material kayu pascabanjir di sejumlah wilayah Sumatera (Padang, Aceh Tamiang, Aceh Utara, dan Tapanuli Selatan) segera dievaluasi dan dipercepat agar penanganannya berjalan lancar.
Rapat itu dihadiri perwakilan pemerintah daerah, unsur BNPB, serta dukungan TNI dan Polri. Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan menyampaikan bahwa koordinasi lintas pihak terus diperkuat, khususnya untuk penambahan alat berat di wilayah terdampak.
Dia mendapatkan laporan mengenai kondisi pembersihan kayu di mana di Sumatera Barat pembersihan material kayu di pesisir Padang telah dimulai dengan melibatkan delapan unit alat berat dan partisipasi aktif masyarakat. Harapannya 4-5 hari ke depan material kayu sekitar pantai dapat dibersihkan secara tuntas, meskipun ketebalan material kayu terbilang tinggi.
Upaya penanganan tumpukan kayu di Aceh Tamiang terpusat di kawasan Pesantren Darul Muchsin. Dengan estimasi volume material sebesar $80.000\text{ m}^3$ (luas 2 ha dan tinggi 4 m berdasarkan data drone), delapan unit ekskavator telah disiapkan. Pekerjaan ini diproyeksikan memakan waktu selama satu minggu.
Untuk wilayah Sumatera Utara, pembersihan material kayu di Sungai Garoga telah berjalan hampir 20 hari dan menyisakan kurang dari 20 persen dari kondisi awal.
Meski demikian, tantangan akses menuju lokasi memperlambat kedatangan alat berat. Tim gabungan Kementerian Kehutanan, TNI, dan Polri dikerahkan untuk normalisasi sungai, pembangunan jembatan darurat, serta pembersihan rumah warga dan fasilitas umum.
Wamenhut juga mengarahkan agar kayu yang dibersihkan dapat dialokasikan dengan tepat.
“Silakan diatur dan alokasikan kayu-kayu yang dibersihkan ini, mana yang buat dibuang ke TPA mana yang bisa digunakan untuk membantu pembangunan hunian sementara bagi para korban banjir,” ujar Wamenhut.
Terkait potensi bahaya kayu tersisa di hulu sungai, Wakil Menteri Kehutanan menegaskan langkah antisipatif.
“Prinsipnya kita dukung penuh, dan terkait kayu yang masih ada di hulu Sungai Garoga, saya minta UPT terbangkan drone untuk melihat itu, cari kemungkinan akses untuk menjangkau itu, kayu-kayu itu harus dicacah untuk mengurangi potensi terjangan kayu terbawa air sungai jika curah hujan kembali meningkat,” demikian Rohmat Marzuki.

