RESPONRADIO.COM | KESEHATAN – Masalah kesehatan kerap kali muncul dalam kehidupan manusia, kali ini respon health membahas topik kesehatan tentang hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi klinis dimana tekanan darah sistolik mencapai ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang diukur pada saat istirahat. Hipertensi atau tekanan darah tinggi, sering disebut sebagai “the silent killer karena sering tanpa keluhan.
Hipertensi/tekanan darah umumnya terdiagnosa melalui skrining atau saat memeriksakan diri terkait penyakit lain. Tapi, pada sebagian orang, keluhan seperti sakit kepala, pusing, telinga berdenging, gangguan penglihatan, nyeri di daerah dada, serta sulit bernapas atau bahkan seperti ingin pingsan, hal itu merupakan tanda-tanda dari hipertensi.
Mungkin kita selama ini hanya mengenal hipertensi secara umum saja, tapi ternyata terdapat beberapa tingkatan dan biasa disebut sebagai kategori hipertensi. Oleh hal itu, pengukuran tekanan darah harus dilakukan agar menentukan sudah sampai tahap mana hipertensi yang dialami seseorang.
Pemeriksaan darah sendiri yang diukur adalah tekanan sistolik dan diastolik, dimana tekanan darah seseorang dikatakan normal jika sistoliknya kurang ≤ 120 mmHg dan diastoliknya ≤ 80 mmHg atau biasa ditulis dengan 120/80 mmHg.
Kategori Hipertensi
Secara umum, hipertensi dapat dikategorikan menjadi 4 bagian, yakni:
- Hipertensi stage 3: ≥ 180/110 mmHg
- Hipertensi stage 2: 160 – 179/100 – 109 mmHg
- Hipertensi stage 1: 140 – 159/90 – 99 mmHg
- Hipertensi sistolik: ≥ 140/< 90 mmHg
Apa Saja Tanda Serangan Jantung?
Serangan jantung merupakan kondisi serius yang tidak bisa Anda sepelekan karena bisa mengancam nyawa, sehingga sangat penting untuk mengetahui tanda apa saja yang mengindikasikan kondisi tersebut. Beberapa diantaranya adalah:
- Sesak napas.
- Rasa mual.
- Nyeri atau seperti ada tekanan pada dada atau lengan atas.
- Berkeringat meskipun tidak melakukan banyak kegiatan.
Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung, Gagal Ginjal, dan Stroke
Hipertensi menjadi kontributor tunggal utama untuk penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%. Ini mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%. Diperkirakan hanya 1/3 kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis, dan sisanya tidak terdiagnosis.
Jika seseorang menderita hipertensi dan tidak dikontrol akan menjadi kontributor tunggal yang utama untuk penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Setiap peningkatan darah 20/10 mm Hg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner 2 kali lebih tinggi.
Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat (kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi garam berlebih), obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stres. Keberhasilan mengontrol tekanan darah mencapai target terbukti menurunkan kejadian stroke sebesar 30-40% dan kejadian penyakit jantung koroner sebesar 20%.
Konsumsi garam harus diperhatikan, dianjurkan 5 sampai 6 gram perhari. Sayangnya dalam praktek sehari-hari seseorang tidak pernah menghitung berapa banyak konsumsi garam. Selain mengonsumsi garam, kiat sehat untuk menurunkan hipertensi harus yang harus dilakukan adalah perbanyak makan sayur, buah, sedikit lemak jenuh, ikan, dan sedikit gula. Hal itu harus diiringi dengan berolahraga secara teratur 30 menit per hari.
Oleh karena itu mari kontrol tekanan darah sejak dini dengan melatih dan menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala untuk menghindari komplikasi hipertensi terhadap penyakit jantung.
Sumber : Berbagai Sumber