PADANG PARIAMAN – Destinasi Desa Wisata Apar Kota Pariaman, yang seharusnya menjadi magnet bagi para wisatawan, kini mengalami kondisi mati suri. Kesalahpahaman antara pihak pengelola dan masyarakat setempat menjadi akar permasalahan yang menyebabkan kemunduran destinasi ini.
Fadel Muhammad, Ketua BumDes Apar Mandiri, selaku pengelola Desa Wisata Apar, menjelaskan bahwa kesalahpahaman tersebut timbul akibat ketidakjelasan status pengelola dari Desa Wisata Apar. Pada awalnya, BumDes Apar Mandiri dipercaya untuk mengelola destinasi ini, namun campur tangan berlebihan dari masyarakat setempat mengubah dinamika pengelolaan.
“Kami menarik diri sejak Agustus 2023 sebagai respons terhadap banyaknya campur tangan masyarakat, dan sejak itu, Desa Wisata Apar tidak terkelola dengan baik selama hampir lima bulan,” ujarnya pada Selasa (2/1/2023).
Ketidakjelasan pengelolaan bukanlah peristiwa pertama, tetapi kali ini intervensi masyarakat terus berlanjut, menciptakan ketidaknyamanan bagi para wisatawan. Fadel menyampaikan bahwa sudah dilakukan upaya mediasi dengan melibatkan Kepala Desa, niniak mamak, tokoh masyarakat, Pokdarwis, karang taruna, dan pihak terkait lainnya, namun hingga saat ini belum ada kejelasan.
Menurut Fadel, dampak dari ketidakjelasan ini sangat terasa. Kebersihan Desa Wisata Apar terganggu dengan banyaknya sampah berserakan di sepanjang pantai dan kawasan hutan mangrove. Keamanan wisatawan juga terancam karena tidak ada penarikan retribusi, meningkatkan potensi pungutan liar saat berkunjung.
Penghentian sementara agen travel untuk berkunjung menjadi langkah pencegahan lebih lanjut. Jumlah kunjungan wisatawan pun terus menurun, terutama saat libur Nataru 2023. Fenomena ini sangat bertolak belakang dengan tren kenaikan kunjungan pada liburan panjang sebelumnya.
“Biasanya kalau sudah libur panjang seperti kemarin, kunjungan bisa dua sampai tiga kali lipat. Soalnya Desa Wisata Apar merupakan destinasi favorit di Kota Pariaman,” ungkap Fadel.
Fadel berharap agar permasalahan di Desa Wisata Apar segera mendapatkan penyelesaian. Destinasi yang pernah meraih peringkat tiga Adwi tahun 2021 ini harus kembali menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, bukan hanya untuk kepentingan lokal tetapi juga untuk kemajuan pariwisata di Kota Pariaman secara keseluruhan.(*)