Suksesnya SMAN VII Koto dalam Menggabungkan Tradisi Gotong Royong dan Kearifan Lokal dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

PADANG PARIAMAN – Sekolah Menengah Atas Negeri VII Koto (SMAN VII Koto) menjadi pelopor dalam implementasi Kurikulum Merdeka dengan merayakan kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW secara unik. Melalui kegiatan maulid yang diadakan dengan menggunakan badikia dan makan bajamba bersama masyarakat, SMAN VII Koto menghadirkan fenomena menarik, yakni “gajombong” atau pohon uang.

Tradisi gajombong ini menjadi simbol semangat gotong royong dan kebersamaan, sekaligus melatih kepekaan siswa terhadap potensi kearifan lokal di daerah mereka. Tradisi yang biasanya dilakukan di masjid-masjid atau surau-surau, kali ini diadopsi oleh SMAN VII Koto, mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat setempat. Dalam kegiatan ini, terlihat partisipasi aktif masyarakat, ninik mamak, pemimpin, dan yang dipimpin. Melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk bundo kanduang, urang sumando, dan tokoh-tokoh adat, kegiatan ini menjadi ajang kebersamaan yang meriah.

Pohon uang atau gajombong ini tidak hanya menjadi hiasan semata, melainkan juga sebagai wujud dari dana yang terkumpul dari sumbangan masyarakat, kerabat, dan alumni. Dana ini, yang jumlahnya mencapai Rp 5-10 juta per pohon, kemudian dimusyawarahkan penggunaannya, seringkali untuk pembangunan masjid atau mushala. Ali Akbar Dt Palindih, seorang ninik mamak suku Sikumbang, menjelaskan bahwa meskipun uang bisa dimasukkan ke dalam amplop, namun penggunaan gajombong memberikan kesan meriah yang lebih dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Keberhasilan kegiatan ini menjadi sorotan positif dari Tri Suryadi, seorang tokoh masyarakat di Padangpariaman. Ia menyatakan bahwa inisiatif SMAN VII Koto untuk menggabungkan agama dan budaya melalui kegiatan gotong royong ini layak mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Kepala SMAN VII Koto, Fermazoni, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari P5 dalam Kurikulum Merdeka. Melibatkan karakter-karakter yang perlu dibangun oleh generasi muda, kegiatan ini memadukan kearifan lokal dengan nilai-nilai agama. Jon Hendri Tuanku Bandaro Labai, Ketua Komite SMAN VII Koto, menambahkan bahwa semangat gotong royong sangat kental dalam kegiatan ini. Melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan musyawarah dengan unsur-unsur masyarakat, kegiatan ini bukan hanya merayakan maulid tetapi juga membangun mushala sebagai kelanjutan pembangunan.

Dukungan penuh dari masyarakat, alumni, dan pemerintah setempat menjadi kunci kesuksesan kegiatan ini. Alumni yang membawa gajombong sebagai bentuk sumbangan untuk pembangunan mushala, serta partisipasi 37 angkatan alumni SMAN VII Koto, menciptakan nuansa kebersamaan dan semangat reunian. Dengan dukungan luar biasa dari Dinas Pendidikan Sumbar dan Pemkab Padangpariaman, SMAN VII Koto membuktikan bahwa kegiatan seperti ini dapat menjadi pilot project yang sukses di dunia pendidikan. Keberhasilan SMAN VII Koto dalam menyatukan tradisi lokal dengan semangat gotong royong dan kebersamaan menciptakan model yang diharapkan dapat diadopsi oleh sekolah-sekolah lain di Sumatera Barat.(*)

Buka chat
1
Scan the code
Hello 👋
Apa yang dapat kami bantu?